Orang
Islam jaman dahulu hidupnya 99,0% digunakan untuk urusan akhirat, terlebih pada
jaman sahabat. Bahkan antara sahabat satu dengan yang lainnya saling berlomba dalam
menginvestasikan hartanya untuk hal akhirat. Hal itu seperti yang telah
dilakukan oleh sahabat Abu Bakar dan sahabat Umar, yang keduanya saling
“berkompetisi” untuk mensedekahkan harta-harta mereka ke jalan Allah “untuk
urusan akhirat”.
Dikisahkan,
pada saat perang tabuk, yaitu perang terakhir yang Rasulullah saw. ikut di
dalamnya. Untuk menghadapi kerajaan Romawi yang merupakan kerajaan terkuat di
muka bumi pada masa itu, umat Islam memerlukan persediaan dan dana yang besar.
Pada saat itu terjadi adegan yang sangat menarik.
Melihat
kondisi umat Islam yang sangat butuh banyak persediaan dan dana, maka sahabat
Abu Bakar menyedekahkan seperempat hartanya kepada Islam. Tak mau kalah,
sahabat Umar juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh sahabat Abu
Bakar. Melihat sahabat Umar melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan,
sahabat Abu Bakar menambah sedekahnya dengan menyerahkan separuh hartanya
kepada Islam, dan sahabat Umarpun melakukan hal yang sama. Sehingga terjadi
tontonan hebat di depan para sahabat, keduanya berkompetisi untuk berbuat sebaik
mungkin “untuk hal yang bersifat akhirat”.
Pada
finalnya, sahabat Abu Bakar bersaksi di depan Rasulullah saw. bahwasanya dia
menyerahkan seluruh hartanya untuk Islam. Rasulullahpun bertanya kepada sahabat
Abu Bakar, “Tidakkan engkau tinggalkan untuk ahli keluargamu....?”. sahabat Abu
Bakar menjawab. “Aku serahkan seluruh keluarga kepada Allah dan RasulNya.” Semua
sahabat diam, dan sahabat Umar berkomentar “Memang untuk urusan akhirat aku
selalu kalah dengamu”.
Sebegitulah
para sahabat “bersaing” melakukan sesuatu yang bersifat akhirat. 99,0%
kehidupanya mutlak untuk urusan akhirat. Tidak ada keraguan dalam hati mereka.
Karena yakin, akhirat lebih kekal, sedang dunia hanya sementara.
Di
dalam kitab suci al-qur’an, pada surat al-Kahfi juga terdapat kisah yang hampir
sama dengan kisah sahabat Abu Bakar dengan sahabat Umar. Dimana ada dua orang
saudara yang mempunyai kekayaan yang sama, namun yang satu diivestasikan untuk
urusan dunia, yang satu untuk urusan akhirat.
Ketika
sang adik membeli rumah megah, kebun dan pekarangan di dunia, sang kakak juga
membeli rumah yang besar, kebun, dan pekarangan tapi di surga, entah dengan cara apa dia
membelinya, entah dengan sedekah atau dengan jalan yang lainya.
Keduanya
saling berlomba mengivestasikan harta kekayaan mereka. Pada akhirnya, harta
mereka habis, rumah, perkebunan, dan pekarangan yang dimiliki oleh sang adik
habis dan rusak. Itulah dunia, eksistensinya ada habisnya. Sang adikpun menjadi
stres/gila, namun tidak dengan sang kakak, yang yakin bahwa harta yang dulu dia
miliki tetap ada, dan mungkin malah lebih banyak dari sebelumnya.
Berbeda
dengan kebanyakan masyarakat islam sekarang yang hanya menggunakan 0,99%
hidupnya untuk akhirat, dan 99,0% untuk urusan dunia. Bagaimana puluhan triliun
tebuang sia-sia. Berapa triliun uang dari para partai yang ada di negara kita,
yang terinvestasi tidak ada kejelasannya. Padaha semua tahu dunia akan rusak,
dunia pasti habis. tidakkah para caleg ataupun capres yang mengambil sedikit
pelajaran dari kisah-kisah sahabat zaman dahulu, ataupun kisah-kisah yang
terdapat dalam kitab suci alquran, yang “katanya” sebagai pedoman agamanya.
Hasil
riset Lembaga Peyelidik Ekonomi dan
Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) mengungkapkan bahwa setiap caleg DPR
rata-rata harus mengeluarkan dana sebesar Rp.1,18 miliar - Rp.4,6 miliar
untuk melakukan kampanye agar dapat menduduki kursi legislatif. Dengan rincian
biaya kampanye setiap caleg DPR yakni: kurang dari Rp.787 juta (termasuk
kurang), Rp.787 juta - Rp.1,18 miliar (optimal), Rp.1,18 miliar - Rp.4,6 miliar
(wajar), Rp.4,6 miliar - Rp.9,3 milir (tidak wajar) dan lebih dari Rp.9,3
miliar (tidak rasional).
Sedang
biaya kampanye tiap caleg DPRD provinsi yakni berkisar Rp.481 juta – Rp.1,55
miliar. Dengan rincian yakni: kurang dari Rp.320 juta (sedikit), Rp.320 juta –
Rp.481 juta (optimal), Rp.481 juta – Rp.1,55 miliar (wajar), Rp.1,55 miliar –
Rp.3 miliar (tidak wajar), lebih dari Rp.3 miliar (tidak rasional).
Angka
tersebut naik empat kali lipat daripada pemilu 2009 yang hanya berkisar Rp.250
juta per caleg DPR, dan Rp. 170 juta per caleg DPRD Provinsi. Diperkirakan
juga, total dana yang akan digulirkan pada Pemilu 2014 yakni sebesar Rp.115
triliun atau naik tiga kali lipat dari Pemilu 2009.
Padahal
pendapatan yang akan diperoleh oleh anggota DPR selama 5 tahun hanya Rp. 5,3 miliar – Rp. 5,4 miliar.
Sementara pendapatan seorang anggota DPRD Provinsi hanya Rp. 1,6 miliar –
Rp.1,8 miliar. Itupun dari pendapatan resmi maupun tidak resmi. (Replubika, 19
maret 2014.)
Jika
uang sebanyak itu dibuang percuma tanpa ada hasil yang memuaskannya, siapa yang
berani jamin bahwa mereka tidak stres. Banyak yang stres, banyak yang gila,
semuanya karena harapnnya terhadap urusan dunia. Entah berapa ratus juta, miliar,
atau triliun rupiah yang mereka keluarkan. Yang pasti, ketika pada hasilnya
tidak seperti apa yang mereka harapkan, akan semakin banyak orang stres di
negeri ini. itulah akibatnya jika harta diinvestasikan dengan dunia.
Andai
saja uang yang sebegitu banyaknya terinvestasi untuk hal-hal yang bersifat
akhirat, mungkin meskipun habis seluruh hartanya, mereka akan biasa-biasa saja,
atau mungkin akan lebih bahagia, karena telah mempunyai tabungan yang tetap,
bahkan terus bertambah. Itulah gambaran masyarakat Islam dahulu dengan yang
sekarang, hidupnya 99,0% dan 0,99% “untuk akhirat”.
0 komentar:
Post a Comment