Breaking News
Loading...
Tuesday, April 19, 2016

Manusia itu dikejar Rizki

9:07 AM



لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يَهْرُبَ مِنَ الْمَوْتِ ، لأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ
“Seandainya anak adam lari dari rizkinya sebagaimana dia lari dari mautnya, maka niscaya rizkinya akan mengejarnya sebagaimana maut mengejarnya.”

Pemahaman Hadis
Haroba adalah fi’il madli mabni fathah atau kata kerja lampau yang mengandung arti telah berlari.

Sedangkan kata Adroka juga  fi’il madli yang mempunyai arti telah mengejar, yang failnya kembali kepada lafadh rizquhu.

Maksudnya, andai kata anak adam itu telah lari dari rizkinya sebagaimana dia lari dari kematian. Niscaya rizki itu mengejarnya sebagaimana kematian juga mengejarnya. Maka tidak mungkin anak cucu adam itu tidak mendapatkan rizki, karena Alloh telah menetapkan rizki kepada mereka, bahkan mereka itu dikejar rizki, bukan mereka yang malah mengejar rizki.

Manusia tidak akan mampu menghindari rizki sebagaimana mereka yang tidak akan mampu terhindar dari kematian. Karena sunatullohnya siapa yang hidup pasti mati, dan siapa yang hidup pasti masih dikaruniai rizki oleh Alloh.

Risalah Luthfiah
Manusia di dalam hidup ini sudah Alloh tetapkan, jatah, nasib kehidupan dunia dan rezekinya. Sampai-sampai "Kalau seandainya anak Adam melarikan diri dari rezekinya, maka rezekinya akan mengejarnya. Walaupun dia lari dari rezekinya seperti lari dari kematian, maka rezeki itu akan menemui dia seperti kematian itu menemui dia." (al-hadis)

Dengan demikian, seharusnya manusia itu yakin 100% bahwa hidup ini telah diatur oleh Alloh, bahkan rizki itu sendiri yang akan menghampiri manusia. Maka tidak perlu membabi buta untuk mendapatkan rizki, tidak perlu terlalu “ngoyo” untuk mendapatkan rizki. Kaki jadi kepala, kepala menjadi kaki, siang kerja, malam kerja, berangkat pagi pulang tengah malam. Hingga lupa waktu, lupa Alloh, lupa keluarga dan anak istri.

Coba kita berfikir tentang bayi yang baru lahir, bayi itu belum bisa apa-apa, berbicara untuk minta sesuatupun masih belum bisa, tapi nyatanya bayi itu tetap mendapatkan makan dan minum, tetap mendapatkan kasih sayang, tetap mendapatkan rizki dari Alloh. Lalu kenapa ketika manusia setelah dewasa bingung untuk mendapatkan rizkinya, ngoyo untuk mendapatkan rizkinya, padahal ketika kecil dulu mereka telah diajari oleh Alloh, untuk mendapatkan rizki tak perlu ngoyo, tak perlu bersusah Payah, bahkan diampun manusia tetap dihampiri oleh rizki.

Namun, karena rendahnya iman serta yakinnya ke-Mahabaikan Alloh, manusia terkadang lupa bahwa yang menciptakan mereka adalah Alloh, yang menjadikan mereka hidup adalah Alloh, serta yang memberi mereka rizki adalah Alloh. Sehingga banyak dari mereka yang bersusah payah mengejar rizki tapi malah lupa kepada Alloh. Padahal jelas, seperti yang tertera pada hadis di atas, bahwasanya manusia itu disetting oleh Alloh dikejar rizki bukan mengejar rizki.

Jika demikian, maka yang harusnya kita lakukan adalah bertawakkal kepada Alloh, ikhtiar kepada Alloh, menerima semua yang diberikan oleh Alloh dan selalu syukur atas apa saja yang telah diberikan oleh Alloh. Tidak perlu ngersulo dan terus merasa kurang, karena yang demikian itu akan membuat seseorang tidak pernah puas terhadap pemberian Alloh kepadanya.

Orang yang tawakkal kepada Alloh, mereka akan diberi rizki seperti burung yang pergi dalam perut kosong dan pulang dengan perut kenyang, bahkan anak-anaknya juga kenyang. Oleh karena itu, kaum muslimin tidak boleh gundah. Bahkan hanya karena kemiskinan, kemudian menghalalkan segala cara hingga mencari harta haram. Apalagi mengikuti prinsip orang "yang haram saja susah, apalah yang halal". Korupsi dihalalkan, suap-menyuap menjadi bagian hidup. Bisnis-bisnis haram dia lakukan, bahkan membuat proposal untuk mendapatkan bantuan dana yang itu dialamatkan kepada yayasan, anak yatim, pembangunan masjid dan lain sebagainya. Na’udzubillah.

Orang yang seperti itu adalah orang yang putus asa, serta lupa kepada Alloh. Apa yang dilakukan tidak lagi diniati lillahi ta’ala serta merujuk kepada al-quran dan al-hadis. Jika sesuatu itu jelas-jelas haram maka tinggalkanlah, karena sesungguhnya yang halal itu masih berlimpah dan masih mudah untuk kita dapatkan.

Umat islam tidak boleh tiru-tiru yang demikian, karena islam tidak mengajarkan yang demikian. Yakin bahwa rizki kita telah ditanggung oleh Alloh, dan semua rizki yang telah disediakan oleh Alloh pasti halal hukumnya. Apapun yang terjadi jangan menjadikan kita menentang hukum-hukum yang telah ditetapkan Alloh.

Rasullah Saw, berpesan: "Jika diantara kalian merasa lamban datangnya rezeki, jangan engkau cari dengan cara maksiat. Dengan cara kita tidak mau tau halal dan haram,"  Hadis ini juga berkaitan dnegan hadis yang lain yang insyaAlloh artinya "Akan datang suatu zaman, orang tidak akan memperdulikan dari mana mereka mengambil harta, apakah dari sumber yang halal atau yang haram."

Yakinlah bahwa selagi kita masih hidup, berarti Alloh masih memberi rizki kepada kita. 'Tidak ada satupun orang diantara anak Adam meninggal dunia, sebelum disempurnahkan semua rezekinya. Telah dilengkapi semua rezekinya. Waallu a’lam......

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer