لَوْ
أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يَهْرُبَ مِنَ الْمَوْتِ ،
لأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ
“Seandainya anak adam lari dari rizkinya sebagaimana dia
lari dari mautnya, maka niscaya rizkinya akan mengejarnya sebagaimana maut
mengejarnya.”
Pemahaman Hadis
Haroba adalah fi’il
madli mabni fathah atau kata kerja lampau yang mengandung arti telah
berlari.

Maksudnya, andai
kata anak adam itu telah lari dari rizkinya sebagaimana dia lari dari kematian.
Niscaya rizki itu mengejarnya sebagaimana kematian juga mengejarnya. Maka tidak
mungkin anak cucu adam itu tidak mendapatkan rizki, karena Alloh telah menetapkan
rizki kepada mereka, bahkan mereka itu dikejar rizki, bukan mereka yang malah
mengejar rizki.
Manusia tidak akan
mampu menghindari rizki sebagaimana mereka yang tidak akan mampu terhindar dari
kematian. Karena sunatullohnya siapa yang hidup pasti mati, dan siapa yang
hidup pasti masih dikaruniai rizki oleh Alloh.
Risalah Luthfiah
Manusia di
dalam hidup ini sudah Alloh tetapkan, jatah, nasib kehidupan dunia dan rezekinya. Sampai-sampai
"Kalau seandainya anak Adam melarikan diri dari rezekinya, maka rezekinya
akan mengejarnya. Walaupun dia lari dari rezekinya seperti lari dari kematian,
maka rezeki itu akan menemui dia seperti kematian itu menemui dia." (al-hadis)
Dengan
demikian, seharusnya manusia itu yakin 100% bahwa hidup ini telah diatur oleh
Alloh, bahkan rizki itu sendiri yang akan menghampiri manusia. Maka tidak perlu
membabi buta untuk mendapatkan rizki, tidak perlu terlalu “ngoyo” untuk
mendapatkan rizki. Kaki jadi kepala, kepala menjadi kaki, siang kerja, malam
kerja, berangkat pagi pulang tengah malam. Hingga lupa waktu, lupa Alloh, lupa
keluarga dan anak istri.
Coba kita
berfikir tentang bayi yang baru lahir, bayi itu belum bisa apa-apa, berbicara
untuk minta sesuatupun masih belum bisa, tapi nyatanya bayi itu tetap
mendapatkan makan dan minum, tetap mendapatkan kasih sayang, tetap mendapatkan
rizki dari Alloh. Lalu kenapa ketika manusia setelah dewasa bingung untuk
mendapatkan rizkinya, ngoyo untuk mendapatkan rizkinya, padahal ketika
kecil dulu mereka telah diajari oleh Alloh, untuk mendapatkan rizki tak perlu
ngoyo, tak perlu bersusah Payah, bahkan diampun manusia tetap dihampiri oleh
rizki.
Namun, karena
rendahnya iman serta yakinnya ke-Mahabaikan Alloh, manusia terkadang lupa bahwa
yang menciptakan mereka adalah Alloh, yang menjadikan mereka hidup adalah
Alloh, serta yang memberi mereka rizki adalah Alloh. Sehingga banyak dari
mereka yang bersusah payah mengejar rizki tapi malah lupa kepada Alloh. Padahal
jelas, seperti yang tertera pada hadis di atas, bahwasanya manusia itu
disetting oleh Alloh dikejar rizki bukan mengejar rizki.
Jika
demikian, maka yang harusnya kita lakukan adalah bertawakkal kepada Alloh,
ikhtiar kepada Alloh, menerima semua yang diberikan oleh Alloh dan selalu syukur
atas apa saja yang telah diberikan oleh Alloh. Tidak perlu ngersulo dan
terus merasa kurang, karena yang demikian itu akan membuat seseorang tidak
pernah puas terhadap pemberian Alloh kepadanya.
Orang yang
tawakkal kepada Alloh, mereka akan diberi rizki seperti burung yang pergi dalam
perut kosong dan pulang dengan perut kenyang, bahkan anak-anaknya juga kenyang.
Oleh karena itu, kaum muslimin tidak boleh gundah. Bahkan hanya karena
kemiskinan, kemudian menghalalkan segala cara hingga mencari harta haram.
Apalagi mengikuti prinsip orang "yang haram saja susah, apalah yang
halal". Korupsi dihalalkan, suap-menyuap menjadi bagian
hidup. Bisnis-bisnis haram dia lakukan, bahkan membuat proposal untuk
mendapatkan bantuan dana yang itu dialamatkan kepada yayasan, anak yatim,
pembangunan masjid dan lain sebagainya. Na’udzubillah.
Orang yang
seperti itu adalah orang yang putus asa, serta lupa kepada Alloh. Apa yang
dilakukan tidak lagi diniati lillahi ta’ala serta merujuk kepada al-quran
dan al-hadis. Jika sesuatu itu jelas-jelas haram maka
tinggalkanlah, karena sesungguhnya yang halal itu masih berlimpah dan
masih mudah untuk kita dapatkan.
Umat islam
tidak boleh tiru-tiru yang demikian, karena islam tidak mengajarkan yang
demikian. Yakin bahwa rizki kita telah ditanggung oleh Alloh, dan semua rizki
yang telah disediakan oleh Alloh pasti halal hukumnya. Apapun yang
terjadi jangan menjadikan kita menentang hukum-hukum yang telah ditetapkan
Alloh.
Rasullah
Saw, berpesan: "Jika diantara kalian merasa lamban datangnya rezeki,
jangan engkau cari dengan cara maksiat. Dengan cara kita tidak mau tau halal
dan haram," Hadis ini
juga berkaitan dnegan hadis yang lain yang insyaAlloh artinya "Akan
datang suatu zaman, orang tidak akan memperdulikan dari mana mereka mengambil
harta, apakah dari sumber yang halal atau yang haram."
Yakinlah
bahwa selagi kita masih hidup, berarti Alloh masih memberi rizki kepada kita. 'Tidak
ada satupun orang diantara anak Adam meninggal dunia, sebelum disempurnahkan
semua rezekinya. Telah dilengkapi semua rezekinya. Waallu a’lam......
0 komentar:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.