Breaking News
Loading...
Saturday, May 17, 2014

Nikah Redam Depresi,

11:03 AM

Menikah merupakan anjuran atau sunah dari Rasulullah saw.. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. pernah bersabda: “Barang siapa yang tidak menikah, maka dia tidak termasuk umatku”. Dalam riwayat yang lain  Rasulullah saw. juga bersabda: “Nikah adalah sunahku, barang siapa yang meninggalkan sunahku maka dia tidak termasuk dari golonganku”.
Nikah mempunyai banyak manfaat, ada banyak keuntungan yang akan diperoleh seseorang yang sudah menikah. Satu diantaranya adalah minimnya resiko terkena depresi. Menikah mampu membawa sisi positif yang dramatis kepada orang-orang yang mengalami depresi. Berkaitan dengan hal ini, sebuah riset menarik dilakukan seorang sosiolog dari Universitas Oiho, Amerika Serikat yang bernama Andrianne Frech. Pada 1997, Frech dan timnya melakukan survei terhadap 3066 responden pria dan wanita yang pernah menderita depresi. Lima tahun kemudia mereka diwawancarai kembali tentang kualitas penikahan mereka.
Para peneliti menemukan bahwa para partisipan yang menikah mendapat skor rata-rata 3,5% lebih rendah untuk 12 jenis tes depresi, dibanding dengan mereka yang lajang. Partisipan yang depesi dan kemudian menikah, skor depresinya rata-rata turun 7,5% dibandingkan dengan orang yang masih lajang. Perbaikan psikologis pun terjadi pada orang yang mengalami depresi, walaupun mereka mengaku kalau pernikahanya kurang bahagia dan ada konflik. Penderita depresi yang menikah akan mengalami peningkatan kualitas psikologi lebih baik dari pada orang yang belum atau tidak menikah.
Mengapa menikah bisa menurunkan deperesi?
Depresi merupakan suatu bentuk gangguan kejiwaan yang terjadi pada alam perasaan (affective or moor disorden), yang ditandai dengan naik turunya emosi yang bersifat dinamis. Gejala depresi dapat diderita oleh semua orang, dapat pula diderita oleh orang yang megalami stresor psikososial yang berkaitan dengan hilangnya kedudukan, jabatan, atau kekuasaan. Gejala-gejala mental yang mngiringinya disebut post power syndrome (sindrom paska kuasa). Selain itu, gejala depresi dapat juga dialami oleh orang yang kalah dalam suatu kompetisi seperti halnya yang terjadi pada bulan april lalu, setelah berlangsungnya Pemilu Legislatif.
Depresi terjadi akibat tidak berimbangnya fungsi neuron endokrin atau fungsi hormon di dalam otak. Ketika seseorang mengalami depresi, jumlah cairan kimia dalam otaknya akan berkurang. Hal itu dapat menyebabkan sel otak bekerja lebih lambat. Selain hormon serotonin, ada zat penghantar saraf lain yang berperan dalam menimbukan depresi, sperti norepinefrin, dopamin, histamin, serta esterogen.
Ketika dua orang saling mencintai memutuskan untuk menikah, mereka meiliki kesempatan besar untuk saling menyayangi, saling berbagi, dan saling membantu dalam banyak hal, termasuk mendengarkan keluh kesah dari pasangannya. Secara filosofis, Dengan saling berbagi, derajat kecemasan dan aneka ketakutan dalam diri seseorang akan berkurang. Jika dilakukan secara intens, orang yang melakukannya akan memiliki hati yang besar dan siap menampung berbagai persoalan dalam hidupnya.
Teknisnya, ketika orang memutuskan untuk saling berbagi, mengasihi, dan saling membantu, rasa takut kehilangan yang termanifestasi dalam rendahnya kadar hormon serotonin, dopamin dan endorfin secara serentak akan berubah. karakter yang menggantikan adalah rasa sayang, tenang, dan kegembiraan yang berpadu dengan meningkatnya kadar dopamin, serotonin, dan endorfin.
Itulah sebabnya, ketika menikah, resiko terkena depresi menjadi rendah. Andaipun mengalami depresi lagi, kadar depresinya akan lebih rendah. penyebabnya adalah karena adanya orang yang disayangi dan ada tempat berbagi baik suka ataupun duka.
maka, sangatlah beruntung orang yang menikah dan menjadikan pernikahanya sebagai sarana untuk menjalin kasih sayang, menjadikan hubunganya sakinah, mawaddah, dan rahmah.

 #untuk saudara saia yang baru saja menikah, semoga g depresi..... XD

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer