Breaking News
Loading...
Sunday, September 8, 2013

Cahaya, saat diriku tak berdaya,

7:09 AM
deep.com

Cahaya, saat diriku tak berdaya,
Dalam persta hura-hura
Dalam kemiskinan mental atau-pun spiritual
Cahaya, ketika gelap menatap
Memahamimu dengan kedua mataku
Mendengar suaramu dengan kedua telingaku
Padahal kau dan aku tahu
dunia itu tersekat ruang dan waktu
Cahaya, nafsu membumbung
Langkahmu membimbing
Membuatku terombang ambing
Cahaya, betapa benyak hal yang kita nikmati saat tak berdaya
Bagaikan kita menikmati indahnya hari raya
Cahaya, aku masih ingat waktu
Teringat juga ucapanmu,
“bertemu dan berpisah itu satu,
pergi ke dunia lain itu cita-citaku,
hingga akhir kita akan tetap menjalani:
jalanku dan jalanmu”
Cahaya, kini tiba waktunya,
Ya, saat diriku tak berdaya
Langkahmu
Satu demi satu
Menjauh
Cahaya, kau terbang
Bukan entah kemana
Cahaya, kau pergi,
buatku lalai,
Cahya, bukan untuk apa-apa
Sekedar menyekat peluh
Disaat aku butuh
Cahaya, saat ini diriku benar-benar tak berdaya,
Kini aku benar-benar terlelap
Karena terlalu menanggung harap
Cahaya 99 itu angka sempurna
Filosofinya adalah asmaul husna
Cahaya, kini kunikmati ragam ujian
Untuk warna-warna anugerah pujian
Cahaya, hati dan jiwamu lepas bebas
Meninggalkanku tanpa bekas
Biarkan itu menjadi rasa
Yang tak perlu ku terjemahkan dalam kata-kata
Masalalu membuatku mampu menghargai waktu
Jadikan derita sebagai kereta pembawa  berita
kutemukan matahari
Karena aku melihat cahayanya
Namun tidak denganmu
Cahaya, Siapa kau sebenarnya
Datang disaat diriku tak berdaya

Ahad, 08/09/2013

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer