Breaking News
Loading...
Wednesday, October 16, 2013

Ketika "Ke-Tuhan-an" tidak dinomor satukan

2:48 AM

Didalam pancaila sila pertama berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa" ini mengandung arti bahwa dalam kehidupan kita, kita harus CC (Coomitment and Consisten) untuk terus meng-Esakan Allah (meng-Allah-kan Allah) dimana setiap hembusan nafas kita serta apapun yang kita lakukan semata-mata karena Allah. itulah harapan pendiri bangsa kita, mengapa meletakan ikrar "Ketuhanan yang Maha Esa" pada sila pertama, karena mereka benar-benar ingin, bahwasanya apapun yang dilakukan oleh rakyat Indonesia ini semata-mata lillahi ta'ala, menghadirkan Allah pada setiap perbuatan yang dilakukan.
Allah Esa, Ketuhanan yang Maha Esa, Allah yang nomor satu, menomor satukan Allah. Namun, bagaimana jika Tuhan tidak lagi dinomor satukan? bagaimana jika kini tidak lagi memakai "Ketuhanan yang Maha Esa" tetapi keuangan yang maha kuasa? bagaimana negara ini bisa maju, bisa makmur sentosa, menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradap, bisa mensatukan indonesia, bisa menciptakan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, bisa menciptakan keadilan bagi seuruh rakyat indonesia? jika dasar yang digunakan adalah keuangan yang maha kuasa.
bangsa indoneesia harus sadar, bangsa indonesia harus memahami, mengapa pada batang tubuh pancasila "Kethanan yang Maha Esa" diletakkan pada sila pertama. ini mengandung harapan dengan "Ketuhanan yang Maha Esa" kita melakukan segala hal. untuk menggapai sila-sila lainya (sila ke dua sampai ke lima) kita harus menggunakan sila pertama (Ketuhanaan yang Maha Esa), empat sila itu adalah include dari sila pertama, itulah pentingnya Ketuhanan yang Maha Esa (menomor satukan Allah).
Itulah tujuan mengapa para pendiri bangsa menempatkan "Ketuhanan yang Maha Esa" pada sila pertama. Namun, apa yang terjadi di negeri ini, faktanya "keuangan yang maha kuasa" menjadi dasar di negara kita. Apapun didasari dengan uang, semuanya dengan uang, tak heran pada dewasa ini masyarakat menjadi mata duitan, semuanya menjadi kapitalistis. mengumpulkan harta dengan segala cara, ketika uang yang dinomor satukan tak heran jika korupsi di negeri ini semakin menjadi-jadi.


4 komentar:

 
Toggle Footer