Tuhan,
aku tak tahu, aku memang makhlukMu yang bayak tak tahunya, aku hanyalah jiwa
keterlaluan, aku hanyalah jiwa yang tak sopan kepada Mu. Tuhan.
Tuhan,
kini aku sadar, berlahan-lahan Kau mulai membangkitkanku dari mimpi atau
pingsanku. Kini aku benar-benar tahu, kini aku benar-benar sadar, manusia itu
anjing, manusia itu dancok. Entah apa darah merah yang menggumpal bagai batu
itu, katanya hati, katanya qolbu, ternyata isinya sama saja, keterlaluan,
individual, tak bisa merasa, tega, memaksa, tak peduli, egois, tak bisa
mengerti dengan sesama.
Tuhan,
maaf kini aku baru sadar, aku tidak butuh dia, aku tidak butuh mereka. Meski dia
sahabatku, saudaraku, familiku, bahkan separuh jiwa saia.
Tuhan
terimakasih, curhat MU malam ini membuatku sadar bahwa hanya Engkau yang aku
butuhkan, curhatmu malam ini benar-benar membuka hatiku, mengirim pesan singkat
dalam qolbu, bahwa manusia itu anjing, manusia itu dancok.
Manusia,
kau boleh bangga, boleh menganggapku tiada, boleh menutup telinga karena
suara(ku), boleh membiarkanku terlantar, boleh merasa aku butuhkan, namun itu
kali ini saja. Beberapa detik nanti akan ku buat kau meleleh, bersujud, meraung, memohon, menangis hinga air
matamu habis.
*untuk anjing egois yang pernah tidur denganku.
0 komentar:
Post a Comment