pentingnya sebutir nasi |
Samiun mengunyah dengan
pelan-pelan dan hati-hati, dia enggan menelan nasi yang ada di mulutnya sebelum
nasi itu benar-benar lembut. Satu suap nasi mendarat lagi di mulutnya, namun
sesuap nasi itu terbilang sedikit untuk ukuran laki-laki seusianya, tak heran
sesuap nasi itu diambil dengan mengggunakan ketiga jarinya, sepertinya dia
benar-benar mengikuti sunah Rasulnya yang memberi ajaran untuk makan dengan
menggunakan tiga jari (Ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah).
Suasana seperti ini belum
pernah dia rasakan sebelumnya, pasalnya dia adalah rakyat jelata, rakyat miskin
yang hidup kesehariannya hanya berbaur dengan para petani di sawah. Kini dia
sedang menghadiri sebuah pesta meriah yang di hadiri oleh para orang-orang
kaya, para dosen dan guru besar yang mempunyai gelar pendidikan yang
berjejer-jejer.
“Pcup pcup pcup”. Suara Samiun yang sedang menjilati
ujung-ujung jarinya yang ia gunakan untuk makan. Nasi yang ada di piringnyapun akhirnya
habis tanpa sisa. Inilah kebiasaan Samiun, tak pernah ada satu butir nasipun
yang ia tinggalkan dipiringnya, serta selalu menjilati ujung-ujung jari yang ia
gunakan setelah selesai makan. Itulah kebiasaanya yang tidak pernah ia
tinggalkan, demikian pula oleh istri dan anak Samiun.
Semua pasang mata tertuju
padanya, semuanya heran dengan apa yang baru saja dilakukan Samiun. Dari cara
makannya, dari cara mengunyahnya hingga menghilangkan sisa makanan yang ada di
ujung jari-jarinya. Mungkin ini tontonan baru untuk para orang-orang menengah
atas, yang biasa makan dengan menggukanan sendok dan garpu. Dalam jamuan makan
itu hanya piring Samiun yang benar-benar bersih tanpa meninggalkan sebutir
nasipun.
Suara bisik-bisik para tamu
undangan terdengar jelas, tak salah lagi, semuanya sedang membicarakan Samiun
dengan tingkah laku anehnya itu. Tiba-tiba saja seseorang bertubuh besar,
berperut besar, berpakaian rapi menuju arah samiun.
“Bapak...”. Sapanya. “Sudikah
bapak menjawab pertanyaan saya, mengapa bapak menghabiskan makanan bapak dengan
tanpa meninggalkan satu butir nasi pun.....?”. Lanjutnya bertanya.
“Sebelumnya saya minta
maaf,”. Samiun berkata dengan begitu sopannya. “Saya hanyalah orang desa, orang
miskin, orang bawah, saya bukan orang yang terkenal, berpendidikan tinggi
seperti Anda. Saya bukan para pejabat negara yang harus memperhatikan nasib
rakyatnya, saya hanyalah petani biasa yang ingin selalu menghargai betapa
berharganya satu butir nasi”. Samiun melanjutkan.
“Bagaimana bisa saya
meninggalkan sebutir nasi. Sekarang, mari coba kita hitung berapa banyak nasi
yang terbuang dalam satu hari. Kini kurang lebih jumlah penduduk indonesia
250.000.000 jiwa. Kalau satu hari kita makan tiga kali dan sekali makan setiap
orang meninggalkan satu butir nasi saja, berarti setiap hari ada tiga butir
nasi yang di tinggalkan atau dibuang oleh setiap orang. Itu kalau satu orang,
bagaimana jika seluruh orang di Indonesia?, maka 3 butir X 250.000.000 =
750.000.000 butir nasi yang terbuang setiap hari. Ternyata setelah saya hitung,
dalam 1 KG beras terdapat kurang lebih 50.000 butir, maka :750.000.000 / 50.000
= 15.000 KG, atau sama dengan 15 Ton beras yang kita buang setiap hari. Kalau 1
KG beras cukup untuk dimakan 10 orang, maka 15.000 KG X 10 orang = cukup untuk
150.000 orang. Artinya beras yang terbuang di Indonesia sebenarnya bisa untuk
makan 150.000 orang. Kalau seluruh penduduk bumi yang berjumlah 6,5 miliar,
dengan setiap orang membuang 3 butir nasi saja. Maka 1 hari nasi yang terbuang
adalah 390.00 KG (390 Ton) atau cukup untuk memberi makan 3.900.00 orang.
Padahal banyak orang di luar sana yang harus mati-matian untuk mendapatkan
sesuap nasi. Namun, benarkan kita hanya membuang 1 butir nasi saja setiap kali
makan? Tidak mungkin. Dengan seperti ini, adakah anda tetap mau meninggalkan
atau membuang sebutir nasi? Sebutir nasi yang tidak mudah dihasilkan, sebutir
nasi yang menguras jutaan keringat para petani?”
Jawaban panjang Samiun tadi
membuat para tamu hanya diam melongo. Tanpa berfikir panjang akhirnya semua
tamu menghabiskan seluruh nasi yang masih tersisa di piringnya.
Jangan pernah membuang nasi, oleh karena itu makanlah secukupnya dan tidak berlebihan.
ReplyDeletehadis pelengkap nih......
ReplyDelete*_*
bner gan, bnyak hal spele yg kita tak penduli, thx gan komeng n follow sukses, dtunggu blzan u :v
ReplyDelete