Breaking News
Loading...
Thursday, November 21, 2013

Sebutir Nasi

2:09 AM
pentingnya sebutir nasi

Samiun mengunyah dengan pelan-pelan dan hati-hati, dia enggan menelan nasi yang ada di mulutnya sebelum nasi itu benar-benar lembut. Satu suap nasi mendarat lagi di mulutnya, namun sesuap nasi itu terbilang sedikit untuk ukuran laki-laki seusianya, tak heran sesuap nasi itu diambil dengan mengggunakan ketiga jarinya, sepertinya dia benar-benar mengikuti sunah Rasulnya yang memberi ajaran untuk makan dengan menggunakan tiga jari (Ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah).
Suasana seperti ini belum pernah dia rasakan sebelumnya, pasalnya dia adalah rakyat jelata, rakyat miskin yang hidup kesehariannya hanya berbaur dengan para petani di sawah. Kini dia sedang menghadiri sebuah pesta meriah yang di hadiri oleh para orang-orang kaya, para dosen dan guru besar yang mempunyai gelar pendidikan yang berjejer-jejer.
“Pcup pcup pcup”.  Suara Samiun yang sedang menjilati ujung-ujung jarinya yang ia gunakan untuk makan. Nasi yang ada di piringnyapun akhirnya habis tanpa sisa. Inilah kebiasaan Samiun, tak pernah ada satu butir nasipun yang ia tinggalkan dipiringnya, serta selalu menjilati ujung-ujung jari yang ia gunakan setelah selesai makan. Itulah kebiasaanya yang tidak pernah ia tinggalkan, demikian pula oleh istri dan anak Samiun.
Semua pasang mata tertuju padanya, semuanya heran dengan apa yang baru saja dilakukan Samiun. Dari cara makannya, dari cara mengunyahnya hingga menghilangkan sisa makanan yang ada di ujung jari-jarinya. Mungkin ini tontonan baru untuk para orang-orang menengah atas, yang biasa makan dengan menggukanan sendok dan garpu. Dalam jamuan makan itu hanya piring Samiun yang benar-benar bersih tanpa meninggalkan sebutir nasipun.
Suara bisik-bisik para tamu undangan terdengar jelas, tak salah lagi, semuanya sedang membicarakan Samiun dengan tingkah laku anehnya itu. Tiba-tiba saja seseorang bertubuh besar, berperut besar, berpakaian rapi menuju arah samiun.
“Bapak...”. Sapanya. “Sudikah bapak menjawab pertanyaan saya, mengapa bapak menghabiskan makanan bapak dengan tanpa meninggalkan satu butir nasi pun.....?”. Lanjutnya bertanya.
“Sebelumnya saya minta maaf,”. Samiun berkata dengan begitu sopannya. “Saya hanyalah orang desa, orang miskin, orang bawah, saya bukan orang yang terkenal, berpendidikan tinggi seperti Anda. Saya bukan para pejabat negara yang harus memperhatikan nasib rakyatnya, saya hanyalah petani biasa yang ingin selalu menghargai betapa berharganya satu butir nasi”. Samiun melanjutkan.
“Bagaimana bisa saya meninggalkan sebutir nasi. Sekarang, mari coba kita hitung berapa banyak nasi yang terbuang dalam satu hari. Kini kurang lebih jumlah penduduk indonesia 250.000.000 jiwa. Kalau satu hari kita makan tiga kali dan sekali makan setiap orang meninggalkan satu butir nasi saja, berarti setiap hari ada tiga butir nasi yang di tinggalkan atau dibuang oleh setiap orang. Itu kalau satu orang, bagaimana jika seluruh orang di Indonesia?, maka 3 butir X 250.000.000 = 750.000.000 butir nasi yang terbuang setiap hari. Ternyata setelah saya hitung, dalam 1 KG beras terdapat kurang lebih 50.000 butir, maka :750.000.000 / 50.000 = 15.000 KG, atau sama dengan 15 Ton beras yang kita buang setiap hari. Kalau 1 KG beras cukup untuk dimakan 10 orang, maka 15.000 KG X 10 orang = cukup untuk 150.000 orang. Artinya beras yang terbuang di Indonesia sebenarnya bisa untuk makan 150.000 orang. Kalau seluruh penduduk bumi yang berjumlah 6,5 miliar, dengan setiap orang membuang 3 butir nasi saja. Maka 1 hari nasi yang terbuang adalah 390.00 KG (390 Ton) atau cukup untuk memberi makan 3.900.00 orang. Padahal banyak orang di luar sana yang harus mati-matian untuk mendapatkan sesuap nasi. Namun, benarkan kita hanya membuang 1 butir nasi saja setiap kali makan? Tidak mungkin. Dengan seperti ini, adakah anda tetap mau meninggalkan atau membuang sebutir nasi? Sebutir nasi yang tidak mudah dihasilkan, sebutir nasi yang menguras jutaan keringat para petani?”

Jawaban panjang Samiun tadi membuat para tamu hanya diam melongo. Tanpa berfikir panjang akhirnya semua tamu menghabiskan seluruh nasi yang masih tersisa di piringnya.

3 komentar:

  1. Jangan pernah membuang nasi, oleh karena itu makanlah secukupnya dan tidak berlebihan.

    ReplyDelete
  2. bner gan, bnyak hal spele yg kita tak penduli, thx gan komeng n follow sukses, dtunggu blzan u :v

    ReplyDelete

 
Toggle Footer