Breaking News
Loading...
Wednesday, February 5, 2014

Ada sifat Rahman dan Rahim di hati Ibu

2:20 AM

Dari Abdullah Ibnu Umar radliyallahu`anhuma, bahwasanya Nabi saw. bersabda. “keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua, dan murka Allah tergantung kepada murka orang tua”. (HR. Tirmidzi, shohin menurut Ibnu Hibban dan Hakim).
Apa maksud dibalik hadis di atas, mengapa keridhoan Allah swt. kepada kita sangat ditentukan oleh keridhoan orang tua? Mengapa durhaka kepada orang tua sama artinya durhaka kepada Allah swt.? Mengapa juga murka Allah tergantung pada murka orang tua?
Mari kita kupas pertanyaan-pertanyaan diatas. Allah adalah dzat ar-Rahman dan ar-Rahim, yaitu dzat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kasih sayang Allah kepada kita tak ada batasnya, bahkan dalam surat an-Nahl Allah swt. menegaskan dengan firmanNya, yang insyaallah artinya: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS an-Nahl (16): 18)
Begitu besar dan banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita, yang sampai kapanpun kita tak akan pernah mampu menentukan jumlahnya. Sejak di alam rahim hingga seperti sekarang, kasih sayang Allah tidak pernah berhenti walaupun sedetik, dan tidak akan pernah berhenti sampai kapanpun. Namun, pernahkah kita merenungkan atau sekedar menyadarinya?
Lalu, apa hubungan antara kasih sayang Allah dengan orang tua kita, terutama dengan ibu?. Ibu, beliau adalah sosok yang Allah “utus” ke dunia untuk menyayangi kita. Allah telah “menyimpan” sedikit saja pancaran sifat Rahman dan RahimNya di dalam hati seorang ibu. Artinya, di dalam hati seorang ibu terdapat salah satu sifat Allah, yaitu sifat Rahman dan Rahim.
Hanya dengan “sepercik” kasih sayang itulah aneka keajaiban terjadi. Kisah-kisah heroik datang silih berganti. Seorang ibu akan tetap rela bersusah payah selama sembilan bulan karena mengandung anaknya. Sang ibu pun harus menanggung rasa sakit yang tak terperi saat melahirkan, perjuangannya antara hidup dan mati.
Sang ibu dengan telaten akan tetap merawat bayinya hingga tumbuh menjadi anak-anak, remaja, lalu dewasa. Rangkaian proses hidup seperti itu pastilah sangat berat dijalanni. Namun, apa yang terjadi? Senyum bahagia tetap senantiasa tersungging dari bibir beliau. Mengapa demikian? Karena sepercik sifat Rahman dan RahimNya itulah yang membuat ibu demikian kuat dan tetap tegar serta ridho menjalaninya. Andaikan Allah swt. tidak memercikkan “sedikit saja” sifat Rahman dan RahimNya dalam hatinya, seorang ibu tidak mungkin ridho menjalani proses hidup seperti itu.
Maka dari itulah, durhaka kepada orang tua sama artinya dengan durhaka kepada Allah swt. menghianati cinta orang tua sama halnya dengan menafikan cinta Allah. Disinilah terungkap hubungan keridhoan Allah dengan keridhoan orang tua.

Wallahu a’alam

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer