Breaking News
Loading...
Wednesday, April 23, 2014

My Brother

8:01 AM
Saia malu untuk menuliskannya, harusnya ini menjadi rahasia antara saia dengan dirinya. Harusnya tidak ada yang boleh tahu tentang hal ini. Namun, saia rasa ini adalah privasi yang harus orang lain ketahui. Mungkin aneh, dan baru ini, ada privasi yang diperlihatkan pada publik.
Ini tentang diri saia dan saudara saia, tidak menyangkut tentang permasalahan anda, namun ada keinginan dalam hati saia, bahwasanya anda dapat menyangkutkan tentang permasalahan anda dalam hubungan saia dan saudara saia. Saia hanya ingin orang lain mampu dan dapat mengambil hikmah dari apa yang telah saia ketahui dan alami selama ini “dengan saudara saia”. Mungkin setiap orang mempunyai pengalaman yang sama seperti ini dengan saia. Dan saia rasa semua orang benar-benar punya itu.
seperti ini. saling menjaga, antara yang terang dan gelap.
seperti ini. saling menjaga, antara yang terang dan gelap.
Tentang saudara saia, dia orang baik, ganteng, pinter, pamrih, suka mengasihi, sopan, pokoknya dalam hal kebaikan dia perfect, tidak seperti saia. Terkadang itu yang membuat saia iri dengan dirinya. Sikapnya yang baik kepada orang lain, yang membuat orang lain menjadi baik pula kepadanya, terkadang membuat saia benar-benar ingin menjadi dirinya, paling tidak seperti dirinya.
Saia selalu merasa kalah, saia selalu merasa tidak pantas sebagai saudaranya, perbedaan kita jauh sekali, dan saia tetap menjadi orang yang iri akan hal itu. Namun,ketika malam, pagi, siang dan sore hari bercerita tentang kehidupan masing-masing, sesuatu yang dialami masing-masing, dia selalu bilang “lebih enak jadi dirimu, jadilah dirimu sendiri.”
Dia selalu merendah, benar-benar tidak seperti saia. “Allah menciptakan sesuatu selalu sama “berpasangan” ada siang juga ada malam, ada putih juga ada hitam, begitupula pada hidup kita, terkadang susah, terkadang juga senang, dan itulah hidup.” Begitulah ia menasehati saia ketika saia berkata bahwa “lebih enak jadi dirimu, dan aku ingin sepertimu.” Hm.... Saia jadi serba salah, dan mungkin memang benar-benar salah.
Banyak orang yang dekat dengan dirinya, entah sebagai sahabat atau “mengaku” sebagai pacar. Dan saia sadar, saia juga mengharapkan hal seperti itu, dan saia benar-benar merasa iri. Namun, diwaktu-waktu senggang, dalam sebuah percakapan, dia selalu bilang, “banyak teman itu memang menguntungkan, dan aku yakin semua orang ingin sperti itu, tak ada seorangpun yang ingin mempunyai banyak musuh.”. “apa lagi banyak pacar” dia melanjutkan. “untuk para remaja seperti kita, hal itu menjadi sesuatu yang sangat-sangat di inginkan, tapi ketahuilah, hakekatnya tidak ada kesenangan dalam hal itu, seseorang akan terus terbebani. Lebih enak jadi dirimu, merdeka, tak ada yang membatasi, kamu adalah manusia sempurna.” Kata-katanya selalu meruntuhkan keinginan saia.
 “yakinlah, banyak pacar itu g enak”. “jangan ingin menjadi seperti diriku, aku selalu tidk tega kepada setiap wanita yang mendatangiku dengan cintanya, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa, aku tak sedikitpun bisa membalasnya, aku tak pernah mampu memberikan apa yang dia inginkan, aku selalu tak mampu menjadi apa yang dia harapkan.” “aku malah ingin sepertimu, namun tetap menjadi diriku sendiri.”
kini saia mulai memahamimu
Selalu begitu, selalu saja begitu, merendah. Dia tak pernah mau dipuji. Saia tahu sendiri, banyak remaja-remaja putri yang selalu ingin dekat dengannya. Bahkan untuk tetap dekat dan dapat perhatian, tak jarang dari mereka melakukan hal-hal yang diluar batas fikiran. Padahal dia selalu bilang “aku tak pernah menginginkan sesuatu yang umum, aku selalu menginginkan yang spesial, semakin aneh, semakin membuatku tertari. Untuk bisa berdekatan denganku, harus menjadi magnit dahulu. Ya, seperti  magnit, dimana kutub yang berlawanan akan menghasilkan daya tarikan, seperti itulah diriku. Jika ingin diriku mendekat, maka menjauhlah, semakin menjauh, maka aku akan semakin tertarik, maka melawan arus-lah, jadilah kutub yang berbeda dengan ku. Jika aku kutub utara, jadilah kamu kutub selatan, agar kita bisa bergandengan.” Begitulah dia bilang kepada saia “namun tak sedikit yang tau tentang hal itu” dia menepuk pundakku. “Aku memang aneh, dan tidak akan memahami orang yang aneh kecuali orang aneh pula, hahaha.” dia melanjutkan dan ku degar tawa yang tidak biasa.
Dan baru-baru ini dia kembali bercerita, to the point saja. “hari ini ada lagi yang datang, ini menjadi pelengkap daftar sadisnya diriku kepada kaum meraka. Ku dengar berita, tetangga kita, sebelah rumah kita, diam-diam menyimpan rasa, lama, lama sudah, dia tak pernah berani mengungkapkan apa yang dia rasakan. Kau tahu bagai mana perasaanku? Sakit, karena aku tak pernah mempunyai rasa seperti yang dimilikinya. Masihkah kau ingin menjadi sepertiku/” “bersyukurlah menjadi sepertimu, menjadi orang sepertiku akan menyakitkanmu.”aku hanya diam, dan terpaksa diam. “banyak orang yang aku sakiti, meski dalam diam, aku sadari, semua itu salahku, akupun tak cukup mempunyai keberanian untuk mengatakan apa yang aku rasakan. “aku sakit, dan aku tak mencintaimu”. Aku lebih suka memendamnya, karena aku tak mau menyakiti hatinya”
Jika mendengar pernjelasan seperti itu, rasa ingin menjadi dirinya hilang, aku sadar dan mensyukuri menjadi diri sendiri. Ternyata .......
Dan saia dibuat terdiam lewat jawaban, ketika saia bertanya tentang dirinya, yang selama ini tak pernah mempunyai pacar, padahal tak henti-hentinya gadis-gadis diluar sana mendekat dan berharap memilikinya. Dengan khasnya dia berkata “kau tahu bagaimana jika aku menerima satu di antara mereka, kau tahu bagaimana perasaannya? Bagaimana rasa sakit hatinyaa ketika orang yang dia cintai dengan setulus hati memilih orang lain? Kau tahu bagaimana perasaan wanita? Apa kau tahu apa yang terjadi setelah itu?. Aku hanya tak ingin menyakiti hati orang lain, lebih baik diriku yang tersiksa batin, dari pada melihat mereka menjadi lalim karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Lebih baik aku tak pernnah mempunyai pacar selamanya, dan aku merasa itu lebih baik, lebih baik untuk kebaikan semuannya. Biarkan mereka semua tidak tersakiti, sebisa mungkin jangan pernah membuat sakit hati orang lain, mungkin hanya itu alasan, mungkin hanya itu, ya, mungkin hanya itu, aku tak pernah memilih siapapun meski ada yang aku cintai, karena akan ada hati yang tersakiti.”

Menusuk sekali, saia bangga mempunyai saudara seperti dirinya, namun dia bilang “aku bangga jika mempunyai saudara yang menjadi dirinya sendiri”, hahahahaha....... menyakitkan sekali.
Dan aku masih ingin tetap seperti dirinyanya, menyenangi orang lain, disenangi orang lain, dan tak perna menyakiti orang lain, merasa buruk pada sudah lebih dari baik. Dan Dia benar-benar saudara saia yang sempurna.

Saia tak pernah membayangkan betapa sakit menjadi dirinya, yang saia tahu hanya luarnya, tak pernah berusaha mencari yang terdalam. Padahal yang paling dalam itulah sesungguhnya seseorang. Mungkin para wanita itu juga tak pernah memikirkankanya, bagaimana rasanya hati seseorang yang dipaksa menerima cinta. #Sakit!

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer