Saia malu untuk menuliskannya, harusnya ini menjadi
rahasia antara saia dengan dirinya. Harusnya tidak ada yang boleh tahu tentang
hal ini. Namun, saia rasa ini adalah privasi yang harus orang lain ketahui.
Mungkin aneh, dan baru ini, ada privasi yang diperlihatkan pada publik.
Ini tentang diri saia dan saudara saia, tidak menyangkut
tentang permasalahan anda, namun ada keinginan dalam hati saia, bahwasanya anda
dapat menyangkutkan tentang permasalahan anda dalam hubungan saia dan saudara saia.
Saia hanya ingin orang lain mampu dan dapat mengambil hikmah dari apa yang
telah saia ketahui dan alami selama ini “dengan saudara saia”. Mungkin setiap
orang mempunyai pengalaman yang sama seperti ini dengan saia. Dan saia rasa
semua orang benar-benar punya itu.
seperti ini. saling menjaga, antara yang terang dan gelap. |
Tentang saudara saia, dia orang baik, ganteng, pinter,
pamrih, suka mengasihi, sopan, pokoknya dalam hal kebaikan dia perfect, tidak
seperti saia. Terkadang itu yang membuat saia iri dengan dirinya. Sikapnya yang
baik kepada orang lain, yang membuat orang lain menjadi baik pula kepadanya,
terkadang membuat saia benar-benar ingin menjadi dirinya, paling tidak seperti
dirinya.
Saia selalu merasa kalah, saia selalu merasa tidak pantas
sebagai saudaranya, perbedaan kita jauh sekali, dan saia tetap menjadi orang
yang iri akan hal itu. Namun,ketika malam, pagi, siang dan sore hari bercerita
tentang kehidupan masing-masing, sesuatu yang dialami masing-masing, dia selalu
bilang “lebih enak jadi dirimu, jadilah dirimu sendiri.”
Dia selalu merendah, benar-benar tidak seperti saia.
“Allah menciptakan sesuatu selalu sama “berpasangan” ada siang juga ada malam,
ada putih juga ada hitam, begitupula pada hidup kita, terkadang susah, terkadang
juga senang, dan itulah hidup.” Begitulah ia menasehati saia ketika saia
berkata bahwa “lebih enak jadi dirimu, dan aku ingin sepertimu.” Hm.... Saia
jadi serba salah, dan mungkin memang benar-benar salah.
Banyak orang yang dekat dengan dirinya, entah sebagai
sahabat atau “mengaku” sebagai pacar. Dan saia sadar, saia juga mengharapkan
hal seperti itu, dan saia benar-benar merasa iri. Namun, diwaktu-waktu senggang,
dalam sebuah percakapan, dia selalu bilang, “banyak teman itu memang
menguntungkan, dan aku yakin semua orang ingin sperti itu, tak ada seorangpun
yang ingin mempunyai banyak musuh.”. “apa lagi banyak pacar” dia melanjutkan.
“untuk para remaja seperti kita, hal itu menjadi sesuatu yang sangat-sangat di
inginkan, tapi ketahuilah, hakekatnya tidak ada kesenangan dalam hal itu, seseorang
akan terus terbebani. Lebih enak jadi dirimu, merdeka, tak ada yang membatasi,
kamu adalah manusia sempurna.” Kata-katanya selalu meruntuhkan keinginan saia.
“yakinlah, banyak
pacar itu g enak”. “jangan ingin menjadi seperti diriku, aku selalu tidk tega
kepada setiap wanita yang mendatangiku dengan cintanya, dan aku tidak bisa
melakukan apa-apa, aku tak sedikitpun bisa membalasnya, aku tak pernah mampu
memberikan apa yang dia inginkan, aku selalu tak mampu menjadi apa yang dia
harapkan.” “aku malah ingin sepertimu, namun tetap menjadi diriku sendiri.”
kini saia mulai memahamimu |
Selalu begitu, selalu saja begitu, merendah. Dia tak
pernah mau dipuji. Saia tahu sendiri, banyak remaja-remaja putri yang selalu
ingin dekat dengannya. Bahkan untuk tetap dekat dan dapat perhatian, tak jarang
dari mereka melakukan hal-hal yang diluar batas fikiran. Padahal dia selalu
bilang “aku tak pernah menginginkan sesuatu yang umum, aku selalu menginginkan
yang spesial, semakin aneh, semakin membuatku tertari. Untuk bisa berdekatan
denganku, harus menjadi magnit dahulu. Ya, seperti magnit, dimana kutub yang berlawanan akan
menghasilkan daya tarikan, seperti itulah diriku. Jika ingin diriku mendekat,
maka menjauhlah, semakin menjauh, maka aku akan semakin tertarik, maka melawan
arus-lah, jadilah kutub yang berbeda dengan ku. Jika aku kutub utara, jadilah
kamu kutub selatan, agar kita bisa bergandengan.” Begitulah dia bilang kepada
saia “namun tak sedikit yang tau tentang hal itu” dia menepuk pundakku. “Aku
memang aneh, dan tidak akan memahami orang yang aneh kecuali orang aneh pula,
hahaha.” dia melanjutkan dan ku degar tawa yang tidak biasa.
Dan baru-baru ini dia kembali bercerita, to the point
saja. “hari ini ada lagi yang datang, ini menjadi pelengkap daftar sadisnya
diriku kepada kaum meraka. Ku dengar berita, tetangga kita, sebelah rumah kita,
diam-diam menyimpan rasa, lama, lama sudah, dia tak pernah berani mengungkapkan
apa yang dia rasakan. Kau tahu bagai mana perasaanku? Sakit, karena aku tak
pernah mempunyai rasa seperti yang dimilikinya. Masihkah kau ingin menjadi
sepertiku/” “bersyukurlah menjadi sepertimu, menjadi orang sepertiku akan
menyakitkanmu.”aku hanya diam, dan terpaksa diam. “banyak orang yang aku
sakiti, meski dalam diam, aku sadari, semua itu salahku, akupun tak cukup
mempunyai keberanian untuk mengatakan apa yang aku rasakan. “aku sakit, dan aku
tak mencintaimu”. Aku lebih suka memendamnya, karena aku tak mau menyakiti
hatinya”
Jika mendengar pernjelasan seperti itu, rasa ingin
menjadi dirinya hilang, aku sadar dan mensyukuri menjadi diri sendiri. Ternyata
.......
Dan saia dibuat terdiam lewat jawaban, ketika saia
bertanya tentang dirinya, yang selama ini tak pernah mempunyai pacar, padahal
tak henti-hentinya gadis-gadis diluar sana mendekat dan berharap memilikinya.
Dengan khasnya dia berkata “kau tahu bagaimana jika aku menerima satu di antara
mereka, kau tahu bagaimana perasaannya? Bagaimana rasa sakit hatinyaa ketika
orang yang dia cintai dengan setulus hati memilih orang lain? Kau tahu
bagaimana perasaan wanita? Apa kau tahu apa yang terjadi setelah itu?. Aku hanya
tak ingin menyakiti hati orang lain, lebih baik diriku yang tersiksa batin,
dari pada melihat mereka menjadi lalim karena cinta yang bertepuk sebelah
tangan. Lebih baik aku tak pernnah mempunyai pacar selamanya, dan aku merasa
itu lebih baik, lebih baik untuk kebaikan semuannya. Biarkan mereka semua tidak
tersakiti, sebisa mungkin jangan pernah membuat sakit hati orang lain, mungkin
hanya itu alasan, mungkin hanya itu, ya, mungkin hanya itu, aku tak pernah
memilih siapapun meski ada yang aku cintai, karena akan ada hati yang
tersakiti.”
Menusuk sekali, saia bangga mempunyai saudara seperti
dirinya, namun dia bilang “aku bangga jika mempunyai saudara yang menjadi
dirinya sendiri”, hahahahaha....... menyakitkan sekali.
Dan aku masih ingin tetap seperti dirinyanya, menyenangi
orang lain, disenangi orang lain, dan tak perna menyakiti orang lain, merasa
buruk pada sudah lebih dari baik. Dan Dia benar-benar saudara saia yang
sempurna.
Saia tak pernah membayangkan betapa sakit menjadi
dirinya, yang saia tahu hanya luarnya, tak pernah berusaha mencari yang
terdalam. Padahal yang paling dalam itulah sesungguhnya seseorang. Mungkin para
wanita itu juga tak pernah memikirkankanya, bagaimana rasanya hati seseorang
yang dipaksa menerima cinta. #Sakit!
0 komentar:
Post a Comment