Entahlah,
sulit sekali untuk mengatakannya. Tuhan membuatnya sedemikian rumit namun
cantik.
Awalnya
canggung, ragu, takut, manis, asyiem, asin, rame rasanya “kaya permen Nano-nano
jaman semana”. Tapi ternyata semua menjadi lebih gurih, renyah, mudah,
seperti apa yg kita inginkan.
Berawal
dari satu dari kita yang bertanya “Fathoni”.
“Kapan
MANUK dicetak ulang....”, suara pertama dengan nada biasa karna sejujurnya dia
tidak tahu bagaimana perjalan panjang manuk yang terbang sampai percetakan dan
jadilah dia buku.
Satu
lagi dari kami menanggapi, menjawab dengan nada yang biasa pula “Lek Moti”.
“Tak
lama lagi. Sebentar saja. Tapi dananya belum ada. Apa kamu mau nanggung biaya
cetaknya...?”, jawab Lek Moti dengan embel-embel tanya “yang menurut saya
konyol”, yang jawabnya pasti “tidak”.
Lalu
benar, Fathoni sedikit melontarkan kata. “Tidak”.
Jawaban
yang sudah saia duga sebelumnya. Lalu dia melanjutkan untuk membuat menjadi jawabannya
tidak sedikit saja.
“Ya
udah, aku bagian pemasaran, aku yang masarkan kapanpun itu cetak”. Seolah-olah
buku akan benar-benar akan segera tercetak.
Yah,
begitu awal mulanya. Sedikit berembuk dengan mereka. Bagaimana MANUK bisa
cetak. Sedang kalian harus tahu, biaya cetak tidaklah murah, dan kalian juga
harus tahu, bahwa kita tak punya “dana” untuk biaya cetaknya, yang jika kalian
berkenan untuk bertanya ke percetakan, cetak minimal itu sekitar 500 eksemplar,
jika di-kruskan menjadi uang, mungkin sekitar 5-7 juta. Benar-benar bisa membuat
kita garuk-garuk kepala.
Sebelumnya.
Sekedar kalian tahu saja. MANUK sebenarnya pernah cetak. Tapi Cuma satu. Dan
cetak lagi 2. Jadi cetakan pertama hanya 1 eksemplar. Dan cetakan ke 2 hanya 2
eksemplar. fenomenal banget KAN......
Lanjut
cerita. Karena merasa bahwa MANUK adalah buku yang sangat Fenomenal, bukan saja
isi, tapi juga cerita perjalanan panjang untuk dapat landing di percetakan
dan akhirya keluar, jadilah satu dan dua buah buku.
Diselang
senda gurau itu. Terilhami juga sebenarnya, dari buku yg dipasarkan oleh Makaru
Makara “nama akun facebook penjual buku, aslinya Om Syafiq Rohman ato lebih
familiar dengan panggilan Aponk” yaitu buku Arus Balik karya Pramoedya Ananta
Toer, yang hampir semua penggemar buku itu pasti tahu, bahwa karya-karya Pram
adalah buku Kiri, dan buku kiri sangat mahal di Indonesia. Yang waktu itu saya
ditakdirkan Alloh lihat di Facebook, Makaru makara kasih harga 2.250.000. untuk
satu buku saja. Saia sempat tertegun dan berkata, “wuih, wuih, wuih.... cek
larange...”
Dan
benaar, seperti terilhami. Tiba-tiba saja muncul ide untuk meng-upload MANUK. Memasarkan
lewat facebook dengan harga yang lebih tinggi, 3,3 juta. Berharap ada yang mau beli dan
uang pembelian tadi bisa kita gunakan untuk biaya cetak selanjutnya.
saia
cukup yakin, benar-benar berharap ada yang minat untuk membeli, meski
teman-teman membuatnya demikian penuh canda. benaar-benar bismillah,
Lahaula Wa Laa Quwwata Illa Billah. pasrah bongkoan kepada Alloh
hehehe.....
Sempat
senda gurau juga dan dapat anda lihat di FB saia bagaimana kronologinya. itu juga
ada srceen shotnya. Benar-benar konyol. Dan yang paling konyol lagi. komentar-komentarnya
itu, itu tuh, lihat... hehehehe. Dan yang paling mengejutkan adalah. Tiba-tiba
saja, Romo “Syaikhuna
Siddi Da Miftahul Luthfi Muhammad” berkomentar. "Kirim ke GQ skrg ya”.
Jleg.
Melihat komentar itu kita serasa ada gunung besar yang jatuh di depan kita, ato
malah di kepala kita, hehehe, jadi mati kutu. Takut, gugup,dredeg, grogi
dlsb. Tawa yang tadinya renyah, tiba-tiba saja hilang, berubah dengan mimik
wajah yang heran, takut, serius dan penuh kekhawatiran.
Benar-benar
khawatir terjadi apa-apa. Bagaimana tidak, sekedar tahu saja. Waktu itu kedua
buku tidak ada di tangan saia. Satu buku di Tuban. Dan yang satunya di Surabaya
dibawa teman saia. Bagaimana tidak khawatir, buku yang baru saja di pasarkan,
ternyata tidak ada di tangan, padahal ada peminat yang minta dengan cepat,
waktu itu juga untuk dikirim di alamat yang saia sudaah mengetahuinya. Tak mungkinlah
saya bilang “maaf, buku sudah terjual” hahaha konyol banget pastinya.
Sempat
klipahan juga untuk kembali mendapatkannya. Untunglah Tuhan membuat
sedemikian mudan. Setelah saya kirim SMS dan saia telfoni dia, akhirnya buku
segera terbang dan mendarat di tangan saia.
Sambil
menungu buku kembali ke tangan saya, untuk saia aturkan kepada Orang yang
memesannya, yang tak lain adalah guru kami sendiri. Saia dihabisi oleh teman-teman
saya. Seolah-olah saia akan jadi bulan-bulanan di sana “hehehe just kid”. Seolah-olah
akan dimarahi habis-habisan. Karena menjual buku yang sedemikian tipis dengan
harga yang sedemikian tebal.
Karena
bagaianapun saia yang punya ide tadi, saiapun harus berani tanggung resiko
apapun yang terjadi. Tapi saia tetap positif thingking saja. Dan saia sempet nanya
kepada mereka. “kalo nanti benar-bener dibeli dengan harga 3.300.000 gimana...?”.
Dan mereka tak ada yang percaya. Hanya bilang “penjualan sepenuhnya untuk biaya
cetak.” Sambil nyengir.
Okelah.
Buku sudah ada di tangan saia. Sempat saia baca sholawat dan bismillah
brangkat.
Agak
gugub dan grogi. Di depan pintu, salam dan dibukakan. Langsung disuguhi pertayaan.
“Kapan buat buku ini, koq g bilang-bilang”.
“Itu
ada tanggal cetaknya, Insyaalloh desember” jawab saia.
“Oh....
Novemver.” Beliau membetulkan.
“Buat
dimana?”
“Di
primer.” Jawab saia singkat.
“Cetak
berapa eks?” Beliau bertanya lagi.
“Dua
eks..”
Dan
beliau kaget.
“Kenapa
cuma dua eks..?
“Tidak
punya dana untuk cetak.”
“Oalah...
ya wes. Buat yang lebih tebal lagi. Tambahi cerpen yang ada di Majalah MAYAra
karya satri mukim. Cetak di Cak Kerno. Biaya cetak Romo yang tanggung. Ganti
judulnya. Ganti penerbitnya, pake DUS
(Duta Ikhwana Salama) saja. Jangan antologi, tapi pake Cid.” Begitu saranya dan
mengakhiri. Sangat singkat, namun padat hehehe...
Setelah
itu saia pamit, kembali ke tempat semula bersama mereka “teman-teman”. Dan memberi
kabar apa yang terjadi disana “GQ”. Setelah saia bercerita, Semua terkejut,
benar-benar di luar apa yang diduga. Keinginan untuk cetak ke tiga benar-benar
akan terealisasikan, meskipun dengan wajah yang berbeda, akui sisi yang
berbeda, dan mungkin akan menjaadi lebih tebal.
Benar-benar
tak tahu harus berucap apa, kecuali bersyukur, dan memberi kabar teman-teman,
dan benar-benar tak ada yang menyangka akan seperti ini.
Dan
begitulah ceritanya. Awal dari senda guarau di dunia maya sebagai episode
takdir di dunia nyata. Tidak dapat tunai 3.300.000 memang, tapi dapat ganti
biaya cetak gratis. Yang mungkin jika di kruskan sekitar 5-7 juta rupiah.
Benar-benar
deg-degan. Terlalu konyol. Semua teman-teman Waskita diinbox. kabar baik, n
smua bersyukur. alhamsulillah semuanya. Terimakasih atas apresiasi dan ide-ide
konyol kalian.
Buku
tinggal 1 eksemplar, siapa yang minat, boleh dibawa, asal uang 10jt dikasihkan
kita. Hahahaha......
0 komentar:
Post a Comment