se-bulan yang
lalu
tak terasa,
rasanya baru kemarin, baru sehari kemarin, satu jam kemarin, satu menit
kemarin, bahkan sedetik kemarin. detik-detik memang telah lalu, meninggalkan
jejak kenangan, lupa, mungkin aku terlalu disibukkann dengan duniaku sendiri. satu
bulan berlalu, detik-detik kehadiranmu lenyap, suara-suaramu senyap. tak terasa
bulan telah berlalu, sembilan sepuluh berganti ke sembilan lagi.
se-bulan yang
lalu
sajak-sajak
masih sempat kubuat, mengalirkan takdir kehidupan dengan ribuan serat. kau
hendak pergi, membawaku pada pertemuan semu, takdir yang lain merekam satu
pembicaran, yang mungkin aku atau kamu tak akan pernah melupakan, waktu itu
takdir pertama kita bertemu.
"kau
percaya tentang mimpi" kau mulai meraba takdir, aku mulai merabamu.
"aku ingin
keliling dunia, menjadi duta besar indonesia di
negeri sana, aku suka jelajah, hati-hati akan ku jelajahi hatimu."
lanjutmu bercanda.
"biar ku
baca" aku mulai menanggapi takdir.
"2013, satu
tahun lagi" aku melanjutkan.
"hm....
bulan februari...?" suaramu antusias.
"bukan,
bukan, 9,9" aku menyela.
"yakin"
kamu memastikan.
"tunggu
saja takdir itu untuk sampai pada waktunya." ucapku penuh keyakinan.
kita mulai
meraba, kau mulai menjelajahi hatiku, tak terasa
senyum-senyum itu menghiasi takdir "hari ini dan hari itu".
"kau
itu.........." aku mulai membacamu
"benarkah....?"
tanyamu memastikan.
"hm.....
ayo jujurlah."
"apa kau Tuhan?" tanyamuu heran.
"hahahah"
tawaku spontan, "jangan bilang kalau apa yang ku katakan tadi itu
benar."
"hahahaha"
tawamu menyusuri sendi-sendi takdir. "ya, ya, aku percaya."
kini takdir itu
benar-benar datang, tak terasa bulan-bulan itu berlalu begitu saja.
satu detik
berlalu lagi, satu menit berlalu lagi, satu jam berlalu
lagi, satu hari berlalu lagi, satu minggu berlalu lagi, dan se-bulan yang lalu, kau pergi,
satu bulan berlalu lagi tanpamu.
0 komentar:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.