Breaking News
Loading...
Thursday, October 10, 2013

Masri

7:14 PM
Desa itu tiba-tiba dipenuhi oleh kucing, di sudut-sudut manapun terdapat kucing, padahal dahulunya desa itu dikenal sebagai Desa anti kucing, dengan selogan “katakan tidak pada kucing” namun kini hampir semua rumah ada sekitar seribu kucing, cerita tetang seribu kucing itu berawal dari Masri.

seperti blokeng dalam cerepenya Ahmad Thohari, Masri hanyalah janda sebatang kara, janda tua yang lama ditinggal mati suaminya yang sakit stroke karena kaget dengan kebijakan pemerintah yang selalu ekspor dan ekspor, meski tinggal di pedesaan yang jauh dari kata moderen, desa Ngrayu tak pernah ketinggalan berita tentang carut marutnya pemerintahan dalam negeri. Ditambah lagi dengan berita tentang tertangkapnya ketua MK (mahkamah Konstitusi) yang jelas-jelas konangan korupsi itu bagaikan taparan pedas untuk seluruh rakyat Indonsia, tak terkecuali Masri dan kluarganya.


Masri bukan orang kaya, dikatakan kecukupanpun belumlah layak, rumahnya hanyalah susunan dari merang serta bambu-bambu yang dianyam, reotnya tak ubahnya sperti kandang ayam, dia hidup sendiri, tak punya sanak saudara, kesehariannya hanya berbaur dengan kucing, ya kucing. berawal dari kematian suaminya dan disusul kematian anak perempuanya yang baru lahir belum sempat diberi nama, sepulang dari maqbaroh Masri diikuti dua kucing jantan dan betina.




lambat laun kucinng itu bertambah banyak berliapat-lipat sepuluh, dua puluh, tiga puluh, bahkan seratus. orang-orang di Desa heran, bahkan tak jarang Masri disindir bahkan dihina dengan kadaanya itu. Tak jarang juga para tetangganya bilang kalau Masri adalah orang gila atau sekedar dimensia atau skizofrenia yang akhir-akhir ini diidap oleh mayoritas orang Indonesia, sebab ditinggal oleh suami dan anakya.

Warga semakin resah dengan perilaku Masri, rutinitas paginya hanyalah duduk santai dipinggir jalan menunggu tukang sayur lewat hanya untuk membeli satu besek ikan pindang, terkadang dia juga harus berjalan kaki menuju pasar untuk membeli ikan, yang jarak tempuhnya sekitar 3 km dari rumahnya. Namun bukan itu yang membuat warga resah, tetapi karena perilaku aneh Masri yang memberikan ikan pindang itu untuk kucing, sedang dia hanya makan kepalanya bahkan tak jarang pula dia hanya makan sisa-sisa di piring bekas makan kucing. dia lebih mengutamakan kucingnya dari pada dirinya.

my.opera.com
Satu persatu tetangganya mulai tak suka denganya bahkan mereka mulai melarang anak-anak kecil mereka ke rumah Masri yang sedang bermain-main dengan kucing-kucing kecil Masri yang lucu. mulai saat itu orang-orang desa Ngrayu tak suka dengan kucing, hanya Masri yang memelihara kucing.

"Dari pada memelihara kucing mending melihara ayam toh Sri, itung-itung kalau ada kebutuhan bisa dijual."

"he'em, setuju" ucap Minah menyetujui opini Sinah. "dari pada awakmu melihara kucing, mending itu lo, anak-anak yatim, ngesakke ora ono seng ngurusi." lanjut Minah.

"Ati-ati Sri, kucing biso nyebabno penyakit mengi lo Sri". Jinah menambahi

opo awakmu wes ora waras tha Sri, kucing koq dipelihara manfaate opo?,'' tanya Wanah sinis.

Masri tetap diam, dia seperti tidak mendengar perkataan-perkataan Minah dan kawan-kawan. malah Masri terlihat sumringah dengan senyumnya yang merekah.

Masri tak menggubris cibiran-cibiran tentangganya, dia tetap teguh pada pendiriaanya, " disetiap perut yang basah itu terdapat pahala" ucapnya lirih.

Benar saja, kehidupan Masri semkin hari semakin berubah, semakin banyak kucing yang ia pelihara hidupnya semakin terlihat mapan, bahkan pohon-pohon yang ada disekitar rumahnya yang dulunya tidak berbuah kini menjadi pohon yang subur, terus berbuah meskipun belum musimnya berbuah, pakaiannya kini terlihat rapi kini dia bisa digolongkan sebagai masyarakat menengah, dengan berbagai hiasan bunga di depan rumah, rumahnya pun kini tak lagi dari merang dan anyaman bambu, semuanya berubah drastis, kini gubuk yang ia tinggali telah berubah menjadi istana, rumahnya kini berantai dua. mungkin inilah pahala, balasan dari yang Mahakuasa.
 
pagarrumah.info
Dengan keadaan Masri yang sperti itu tetangganya pun mulai heran, orang-orang yang dulunya membenci Masri bahkan yang menghina dan mencibirnya seperti Minah dan kawan-kawannya kini sering datang sekedar namu di rumah Masri, tak heran, karna hanya rumahnya Masri yang ber ace, orang-orang merasa betah disana apalagi setiap tamu dirumahnya selalu di jamu dengan hidangan yang istimewa.

Rumah Masri menjadi ramai, bukan hanya karena kucing, meski kucingnya kini telah mencapa 1000 ekor, namun juga karena para manusia-manusia yang silau dengan harta. Masri kini tidak lagi dibenci oleh orang-orang desa, kini tak jarang pula orang-orang meminjam uang kepada Masri, Masri berubah menjadi orang yang disegani di desanya.

sebulan sekali Masri membagi-bagi hasil panen buah yang ada di pekarangannya tak lupa juga membagi-bagi amplop berisi uang limapuluh ribuan kepada tetangganya.

orang-orang desa benar-benar iri dengan Masri, orang yang sempat dihina dan dicela kini berubah menjadi orang yang di hormati. Satu demi satu orang desa itu mencari tahu resep rahasia kenapa masri bisa menjadi kaya.

"Aneh, Masri itu ndak pernah kerja tapi kok bisa kaya, lha, kita-kita ini yang suaminya sak mbukak,e mripat kerja terus, tapi tetap saja jadi orang miskin." ucap Marsiyem ngrumpi.

"lho, opo Masri iku melu pesugihan...?"

"hus! lambemu iku mbok yao dijogo Mar," tegur Sariyem kepada Marsinah.

"ya sudah, begini saja, ayo kita datang ke rumahnya Masri, kita tanya bagaimana dia bisa menjadi kaya seperti ini." ucap Marsiyem menengahi.

Segerombolan ibu-ibu pun pergi ke rumah Masri seperti ada acara arisan.

"Sri, sebelumnya kami minta maaf, kami kesini hanya mau bertanya, resepnya apa kamu kok bisa kaya seperti ini?" Marsiyem mulai pembicaraan.

Sejenak terdiam, hanya terdengar bisik-bisik yang tak jelas dari mulut ibu-ibu itu, lalu Masri tersenyum dan berucap. "Aku namung kelingan dawuh,e Kanjeng Nabi, "disetiap perut yang basah itu terdapat pahala" mungkin karena aku terlalu banyak memelihara perut yang basah" ucap Masri dengan pandangan kosong.

"Perut yang basah, apa itu perut yanng basah? maksud kamu kucing, kita harus ikut memelihara kucing seperti kamu untuk menjadi kaya?" tanya Marsinah menggebu.

"Mungkin!" ucap Masri singkaat.

Keesokan harinnya orang-orang desa datang ke rumah Masri untuk minta kucing, hingga seribu kucing yang dimiiki masri habis, sejak itulah desa Ngrayu dipenuhi kucing,  desa Ngrayu yang sempat anti kucing kini benar-benar dipenuhi oleh kucing, di sana sini ada kucing, hanya rumahnya Masri yang kini tidak ada kucingnya.
flexmedia.co.id

Orang-orang percaya terhadap perkatan Masri, merekapun juga ingin kaya seperti Masri yang karena memelihara kucing-kucing. keinginan mereka pun jadi kenyataan, uang mereka mendadak menjadi banyak, ekonomi mereka naik, segala kebutuhan mereka tercukupi, panennya melimpah, hingga semuaanya percaya kalau kucing-kucing itu membawa berkah, tak hanya sepuluh atau dua puluh ekor kucing per rumah, tapi setiap rumah kini minimal mempunyai ratusan kucing, mereka yakin semakin banyak kucing yang mereka pelihara maka semakin lancar rizki mereka.

Kini semua profesi ditinggalkan, bahkan para gurupun ikut-ikutan gila kucing, hingga semua berhenti menjadi guru, karena gaji mereka sebagai guru masih tak sebanding dengan penghasilan menjadi pemelihara kucing, tak ada profesi lain selain memelihara kucing, sekolahpun terpaksa bubar. rumah-rumah mereka sudah seperti istana, kini tak ada lagi hamparan tanah, semuaanya dipenuhi oleh lantai atau paving, hingga terpaksa untuk tempat pembuangan kotoran kucing-kucing itu orang-orang harus membeli pasir kucing, pasar hewan yang mula-mula sepi sekarang menjadi ramai hanya karena orang-orang yang membeli pasir kucing, sepertinya kucing-kucing itu memang membawa berkah.

Tak hanya harus membelikan pasir kucing, kini orang-orang juga harus membelikan makanan kucing, stok pindang habis, terpaksa untuk mencukupi makanan kesehariannya mereka harus rela membeli makanan kucing seperti pur yang harganya bervariasi.

Orang-orang desa semakin kaya, benar saja, semakin banyak kucing yang mereka pelihara maka semakin cepat kekayaan yang mereka punya, semakin banyak kucing mereka semakin sibuk, bahkan anak-anak mereka ditelantarkan, anak-anak yang harusnya masih sekolah kini tak ada yang lagi sekolah, karena tak ada yang mau menjadi guru.

melihat kelakuan orang-orang desa yang seperti itu, Masri hanya mengelus dada dan bilang" Gusti Pangeran, kini semuanya sudah tahu to, siapa yang gila, siapa yang sinting, hanya karena kucing rela menelantarkan anaknya, membiarkan luntang lantung, yang waktunya sekolah malah kluyuran, kini siapa yang gila, siapa yang dimensia, siapa yang terkena skizofreenia" ucapnya bagaikan salam penutup, dia pergi entah ke mana, rumah mewahnya ditingal begitu saja, kini mereka tahu, siapa yang benar-benar gila, Masri dan seribu kucinnya hanya perantara ujian, Masri dan seribu kucingnya hanyalah takdir episode yang Tuhan ciptakan. Masri hilang dengan seribu kucingnya.
lovemeow.com







0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer