لن يوافي عبد يوم القيامة يقول لا إله إلا الله يبتغي بها وجه الله إلا حرم
الله عليه النَّارِ
“Tidaklah mati
seorang hamba yang mengucapkan kalimat lâ ilâha illallôh dengan hanya mencari
ridlo Alloh, kecuali kelak di hari kiamat Alloh mengharamkan neraka atasnya”
Pemahaman Hadis
Yuwâfiya artinya wafat/mati, siapa wafat? Yaitu ‘abdun
seorang hamba.
Yaqûlu fi’il mudlori’
yang fa’ilnya adalah kata ‘abdun, yang artinya mengucapkan.
Mengucapkan apa? Yaitu lafadz lâ ilâha illallôh yang berkedudukan sebagai maf’ulnya atau objeknya yaqûlu.
Sedangkan kata yabtaghî artinya mencari, mencari apa? Wajhallôh,
yaitu ridlo Alloh. Dan harroma adalah fi’il madli artinya
telah mengharamkan yang fa’ilnya
adalah lafadz Alloh sedangkan maf’ulnya atau objeknya adalah lafadz an-nâr.
Maka sungguh seorang hamba yang telah mengucapkan kalimat lâ ilâha
illallôh yang hanya mencari ridlo Alloh tidak akan mati kecuali Alloh mengaharamkan
neraka kepada hamba tersebut.
Risalah Luthfiah
lâ ilâha illallôh adalah kalimat tauhid yang mengandung makna
sangat luas dan mendalam. Inti dari kalimat tersebut adalah suatu pengakuan
ikrar bahwa tidak ada yang patut disembah, apapun itu, kecuali mutlak hanya
Alloh.
Maka kalimat lâ ilâha illallôh termasuk kalimat
syahadah atau persaksian, yaitu persaksian hamba kepada sang kholiq atau
penciptanya.
Banyak hadis yang menjelaskan tentang fadlilah
kalimat lâ ilâha illallôh.
Diantaranya adalah orang yang mengucapkan kalimat tersebut akan haramkan
dari api neraka. Namun yang harus digaris bawahi, yang benar diperhatikan
adalah syarat dari kalimat tersebut. Yaitu yabtaghî bihâ wajhallôh
didasari mutlak hanya mengaharap ridlo Alloh, diucapkan dengan ikhlas, bukan
karena ingin dipuji orang lain, atau karena hajat yang lain.
Karena banyak sekali orang yang melakukan amal ibadah
kepada Alloh, tapi tidak diniatkan untuk Alloh, tidak ditujukan untuk Alloh,
akan tetapi ditujukan untuk hal-hal lain, untuk hajat-hajat atau
keinginan yang lain. Padahal ibadah yang diterima oleh Alloh adalah yang
dikerjakan semata hanya mengharap ridlo Alloh, lillahi ta’ala.
Sedangkan orang yang benar-benar mengharap ridlo
Alloh, dia harus melakukannya dengan usaha yang sungguh-sungguh dan serius.
Harus benar-benar mengetahui ilmu dari kalimat lâ ilâha illallôh, karena amal yang tidak didasari dengan ilmu
tidaklah diterima.
Orang yang mengucapkan kalimat lâ ilâha illallôh harus
benar-benar ingat kepada Alloh, merasuk ke dalam hati, bukan sekedar di bibir
saja. Karena inti dari sebuah dzikir adalah ingat, ingat terhadap apa yang
diucapkan, ingat kepada siapa dzikir itu diucapkan. Karena masih banyak orang
yang seolah-olah berdzikir, mengucapkan kalimat dzikir, tapi hatinya tidak ikut
dzikir, hatinya tidak ingat Alloh. Maka yang demikian itu belum bisa disebut
dzikir.
Apresiasi yang
diberikan oleh Alloh kepda hambanya tersebut merupakan bentuk ke-Mahabaikan
Alloh. Hanya dengan kalimat singkat lâ ilâha illallôh, Alloh memberinya reward diharamnya
masuk neraka.
Pun demikian, bukan berarti orang yang telah mengucapkan kalimat lâ
ilâha illallôh, mereka terbebas dari amal ibadah wajib yang lainnya.
Maksudnya, bukan berarti orang yang telah mengucapkan kalimat lâ ilâha
illallôh lillahi ta’ala maka mereka tidak perlu melakukan amal-amal ibadah
yang lainya karena mereka sudah diharamkan dari neraka. Bukan begitu.
Tetap saja orang tersebut harus melakukan amal-amal ibadah yang
lainnnya, terutama amal ibadah wajib dan sunah mu’akadah. Karena ada sebagian
masyarakat yang menggunakan hadis tersebut sebagai dalil atau alasan,
bahwa setelah mengucapkan kalimat lâ ilâha illallôh mereka sama sekali tidak melakukan
amal-amal ibadah yang telah diperintahkan oleh Alloh, seperti sholat, puasa,
bahkan tidak lagi peduli dengan agamanya. Ketika diingatkan mereka beralasan
“yang penting kita masih punya lâ ilâha illallôh”.
Hal
yang demikian itu tidaklah benar. Karena inti dari ucapan tersebut adalah hanya
mengharap ridlo Alloh, maka seseorang yang benar-benar mengucapkannya, tidak
akan memperdulikan balasan apapun dari Alloh, karena mereka melakukannya hanya untuk
Alloh, bukan karena pahala atau balasan dari Alloh.
Maka yang benar-benar harus diingat adalah melakukannya semata kaena
Alloh, ikhlas, sadar atas apa yang diucapkan, ingat kepada Alloh serta apa yang
telah diucapkan dan tulus lillahi ta’ala. Karena tanpa itu semua, amalan
tersebut tidak diterima oleh Alloh, dan tidak termasuk hamba yang diharamkan
dari neraka.
Semoga kita dimampukan oleh Alloh untuk mengucapkan kalimat lâ ilâha
illallôh yang benar-benar hanya
mengarap ridlo Alloh. Dan semoga kita dikaruniakan oleh Alloh sebagai hamba
yang tidak akan masuk neraka.
0 komentar:
Post a Comment