عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلامُ أَتَى
الْبَيْتَ أَلْفَ أَتْيَةٍ لَمْ يَرْكَبْ قَطُّ فِيهِنَّ مِنَ الْهِنْدِ عَلَى
رِجْلَيْهِ "
Dari Ibnu Abbas r.hu. beliau meriwayatkan
bahwasanya Rosululloh saw. bersabda, “Sesungguhnya Nabi Adam as. telah pergi haji
dari Hind ke Baitulloh sebanyak seribu kali dengan berjalan kaki tanpa pernah
berkendara walau sekalipun.
Pemahaman Hadis
Atâ adalah fi’il madli atau kata kerja lampau yang
artinya datang atau berkunjung. Maksudnya, Nabi Adam as. telah mengunjungi
“Baitulloh”.
Alfu atyatin artinya seribu kali perjalanan. Lam yarkab artinya tanpa
menggunakan tunggangan atau tanpa berkendara.
Sedangkan al-hind adalah nama daerah
atau tempat. Maka sungguh Nabi Adam as. dari Hind telah berkunjung ke Baitulloh
sebanyak seribu kali dengan berjalan kaki tanpa pernah berkendara walau
sekalipun.
Risalah Luthfiah
Hadis di atas menunjukkan bahwa Nabi Adam berasal
dari Hind, Nabi Adam diturunkan di Hind dan tinggal di Hind. Seperti yang
terdapat dalam kitab Kanzul Umal karya al-Hind bahwasanya sahabat Ali kw.
mengatakan: “Bumi yang paling wangi adalah tanah al-Hind, di sanalah Nabi Adam
as. diturunkan dan pohonnya tercipta dari wangi surga”.
Manakah yang dimaksud al-Hind dalam hadis
di atas? Banyak dari para penerjemah memaknai kata al-Hind di atas adalah India,
begitu juga dalam hadis-hadis Nabi yang lain, kata al-hind selalu
diartikan sebagai India. Padahal jika kita mau meneliti lebih detail lagi hadis-hadis
Rosululloh yang berkaitan dengan kata al-hind, maka kita akan menemukan kesimpulan,
bahwa yang dimaksud kata al-hind bukanlah india, namun lebih dekat “tepat”
dengan Hindia (Indonesia).
Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari
Jabir r.hu. bahwasanya Rasululloh saw. bersabda: “Wahai seluruh perempuan,
jangan bunuh anak-anak kalian! Dan siapa saja perempuan yang terkena sakit udzroh
dan terkena sakit kepala, maka gunakanlah Qosth Hind “kayu ‘Aud dari al-Hind”
untuk obat.”
Apa itu Kayu ‘Aud dari al-Hind? Yang dimaksud
kayu ‘Aud adalah kayu gaharu. Seperti yang terdapat dalam kitab sunan Abu Dawud
no 3379 beliau menyampaikan, “Dari 'Ubaidillah bin Abdulloh dari Ummu Qois
binti Muhshon ia berkata, "Aku pernah menemui Rasululloh saw. membawa
anakku yang telah aku obati dari penyakit radang kelenjar leher (amandel).
Kemudian Beliau berkata: "Atas dasar apakah kalian menekan dan mengangkat
tenggorokan anak kalian dengan mengangkat dagu mereka? Hendaknya kalian
menggunakan Qosth Hind, karena sesungguhnya padanya terdapat tujuh macam
obat, diantaranya adalah obat penyakit tulang rusuk, digunakan sebagai obat
radang amandel yang dimasukkan dari hidung, serta obat penyakit rusuk yang
dimasukkan lewat mulut." Abu Daud berkata, "Yang dimaksud dengan Qosth
Hind atau ’Aud adalah gaharu."
Gaharu merupakan kayu khas indonesia. Gaharu
dapat tumbuh subur pada tempat yang memiliki ketinggian 1.200 meter di atas ketinggian
air laut atau lebih. Kayu Gaharu banyak tumbuh di Kalimantan dan Sumatera. Orang-orang
dahulu sudah banyak yang mengenalnya, bahkan sudah banyak yang menggunakannya
sebagai obat, wangi-wangian dan lain sebagainya.
Dalam hadis lain juga dijelaskan. Dari
Abu Sa’id al-Khudri r.hu. mengatakan bahwa seorang raja dari al-Hind telah
mengirimkan kepada Nabi saw. sebuah tembikar yang berisi jahe. Lalu Nabi saw.
memberi makan kepada sahabat-sahabatnya sepotong demi sepotong dan Nabi saw.
pun memberikan saya sepotong makanan dari dalam tembikar itu. (Hr. Hakim).
Tembikar merupakan alat keramik yang dibuat
oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu obyek. Tembikar ini telah ada sejak masa pra sejarah. Tembikar
merupakan perabotan khas yang dimiliki oleh raja-raja di Indonesia. Bahkan pada
situs-situs arkeologi di indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang
berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara
dan penguburan.
Begitu juga dengan jahe, hampir semua
rempah-rempah merupakan tanaman asli Indonesia. Hal ini juga dikuatkan dengan
bukti otentik dari surat yang dikirim oleh Raja
Sriwijaya Sri Indrayana kepada Kholifah
Bani Umayyah serta kholifah Umar bin Abdul-Aziz yang di dalamnya terdapat
kalimat kayu gaharu serta berbagai macam rempah.
Dari beberapa hadis dan kerterangan di
atas kita tahu bahwa gaharu, tembikar, serta rempah merupakan khas Indonesia, yang
sejak jaman dahulu sudah dimiliki dan digunakan oleh nenek moyang kita. Maka
dari hadis, keterangan serta bukti di atas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kata al-Hind dalam hadis Rosululloh tersebut lebih
dekat “tepat” jika diartikan Indonesia dari pada India. Wallohu a’lam.
*Hadis
ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam shohihnya, bab ‘Adada Hajji
Adama as. Wa Shifatu hajjihi, juz VI, halaman 245, hadis
nomor 2792. Terdapat juga dalam Kitab al-Matjarur Robih (cetakan Dar El Hadith
tahun 2004), bab Tsawabu Man Hajja Masyiyan Min Makkata, halaman
210, hadis nomor 813.
0 komentar:
Post a Comment