Breaking News
Loading...
Tuesday, April 19, 2016

Yang Tidak Meminta Akan Diberi Surga

8:59 AM


مَنْ يَتَقَبَّلُ لِي بِوَاحِدَةٍ وَأَتَقَبَّلُ لَهُ بِالْجَنَّةِ ؛ اَنْ لَا يَسْأَلَ أَحَدًا شَيْئًا
Barangsiapa menerima suatu hal dariku, maka aku akan memberinya surga. janganlah kamu meminta sesuatu kepada siapapun.
Pemahaman Hadis
An adalah amil nawasikh, yaitu kata yang me-nashob-kan mubtada’ menjadi isimnya dan me-rofa’-kan khobar menjadi khobar-nya.

adalah nahi yaitu huruf yang mengandung makna larangan. Yas`ala adalah fi’il mudlori’, dibaca nashob karena berkedudukan menjadi mubtada’nya inna (An) yang fa’ilnya tersimpan yang kembali kepada kata man. yas`ala artinya jangan meminta.

Ahadan artinya siapapun. Ahadan dibaca nashob karena berkedudukan menjadi maf’ulnya (objeknya) yas`ala.

Maka sungguh Nabi melarang seseorang untuk meminta apapun kepada siapapun. Beliau menjamin surga bagi orang yang dapat memraktikkan hadis tersebut

Risalah luthfiah
Hadis di atas menegaskan bahwa Rosululloh saw. melarang siapapun meminta sesuatu apapun kepada orang lain. Dan jelaslah bagi orang yang dapat memraktikkannya, yaitu pahala berupa surga.

Asbabul wurud hadis. Diceritakan dari Yazid bin Harun dan Abu An-Nadhr keduanya berkata; Telah bercerita kepada kami Ibnu Abi Dzi`b dari Muhammad bin Qois dari 'Abdur Rohman bin Mu'awiyah dari Tsauban, pelayan Rosulullah saw. dia   berkata; Rosulullah saw. bersabda; "Barangsiapa menerima suatu hal dariku, aku akan memberinya surga." Maka Tsauban pun berkata; Saya wahai Rosulullah. Dan Rosulullah saw. bersabda; "Jangan meminta-minta apapun pada siapapun." Setelah mendapat hadis tersebut Tsaubanpun memraktikkannya, bahkan ketika Tsauban naik tunggannya dan cambuknya jatuh, dia tidak berkata pada siapa pun “Ambilkan”. Hingga dia turun dan mengambilnya sendiri.

Manusia memang makhluk sosial, artinya manusia tidak diciptakan untuk hidup sendiri atau individu, namun manusia diciptakan untuk selalu berinteraksi dengan sesamanya, saling melengkapi dan tetap tolong-menolong. Meski demikian, bukan berarti manusia diciptakan untuk saling meminta-minta.

Dinul islam mengajarkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, bukan mengajarkan untuk saling meminta-minta seperti kalamulloh dalam surat  al-Maidah Ayat 2 yang artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Alloh, sesungguhnya Alloh amat berat siksa-Nya”.

Maka sangat dianjurkan kepada kita muslimin-mukmin untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Namun ada larangan bagi kita untuk meminta-minta. Rosululloh menegaskan dalam sebuah hadisnya.

 “Terus-menerus seseorang itu suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam kondisi di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun.” (Hr. Bukhori Muslim)

Umat Rosululloh di-setting untuk mandiri, sebisa mungkin melakukan sesuatu tanpa meminta-minta kepada orang lain, kalaupun ingin meminta sesuatu semuanya diserahkan kepada Alloh. Karena hanya Allohlah yang berkuasa atas segala sesuatu.

Maka jelas, Allohlah sandaran orang mukmin,-muslim, bukan yang lain. Sungguh rugi orang yang suka menceritakan problem kehidupannya kepada orang lain. Sungguh tidak ada faedahnya orang yang suka curhat kepada orang lain. Tempat bersandar hanyalah Alloh, mintalah sesuatu apapun kepada Alloh. Ketika kita menceritakan masalah kita kepada orang lain, yakinilah bahwa orang itupun juga sedang punya masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak punya masalah. Maka sangat lucu apa bila ada orang yang bermasalah ingin menyelesaikan masalahnya dengan mendatangi orang yang sedang bermasalah pula.

Rosululloh telah menjamin, barang siapa yang benar-benar mampu memaraktikannya, yaitu dalam hidupnya tidak meminta apapun kepada siapa pun, maka Rosululloh akan memberikan surga kepadanya. Sungguh beruntung orang yang dapat memraktikkannya. Sungguh sangat sulit dikehidupan yang sekarang ini hidup tanpa meminta kepada selain Alloh. Hanya sedikit orang yang sadar, hanya sedikit orang yang memasrahkan hidupnya hanya kepada Alloh.

Sungguh sangat patut untuk kita contoh apa yang telah sahabat Tsauban kerjakan. Setelah mendengar hadis yang disampaikan Nabi tersebut, dia langsung memraktikkanya, bahkan dalam hal kecilpun tetap dia tidak minta tolong kepada orang lain.

Niati karena Alloh dan Rosululloh, mulai dari diri sendiri tanpa berkoar-koar menyuruh orang lain melakukannya. Kita awali dari diri sendiri, mencoba melakukan apapun tanpa meminta kepda orang lain, entah itu berupa pertolongan, materi atau yang lainnya.

Maka jelas, hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu memperkuat tauhid kita, keyakinan kita, kepasrahan kita kepada Alloh semata, mengembalikan apapun kepada Alloh yang menciptakan. Bahkan telah Rosululloh ajarkan. Jika kita merasa berat akan sesuatu, hendaknya kita cepat ambil air wudlu, sholat dua roka’at dan mengadukan semuanya kepada Alloh. Karena sejatinya hanya Allohlah tempat kita meminta, karena Dia yang menciptakan, membuat ujian sekaligus yang memberikan jalan keluar. Barokalloh....

*Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Kitab Syu’abul Iman, bab Fashlun Fil Isti’fafi ‘Anil Mas`alati, juz III, halaman 272, hadis nomor 3520.

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer